Pernah berniat membuka usaha ternak bebek petelur buat ayah yang sebentar lagi pensiun. Saya
mengawalinya dengan membuat mesin penetas untuk kapasitas 70 butir.
Penyebab Kematian Embrio Pada Mesin Tetas |
Beranjak dari pengalaman pahit itu, saya mencari
kesalahan-kesalahan penyebab kegagalan atau kematian embrio bebek. Kemudain saya menemukan situs Pesona Unggas yang memberikan iformasi
tentang peternakan aneka unggas. Disitu
saya membaca artikel tentang penyebab kematian embrio. Saya merasa info ini
perlu untuk saya sharing ke teman-teman, siapa tau ada yang senasib dengan saya
hehe….
Berikut penyebab kematian embrio dalam telur pada masa
penetasan dengan menggunakan mesin tetas:
1.
Induk
terserang penyakit. Memiliki indukan sendiri memang lebih baik dari pada
membeli telur ditempat lain yang tidak diketahui kualitas induknya. Namun buat
pemula yang tidak mempunyai indukan seperti saya, ya… apa boleh buat, membeli
telur dari indukan orang lain menjadi satu-satunya pilihan. Untuk mengindari penularan atau penurunan
penyakit bawaan dari induk maka anda bisa melakukan pengendalian hama pada
ruang inkubasi.
2.
Formulasi
pakan induk yang kurang benar.
3.
Sebelum
diinkubasi telur tidak diangin-anginkan. Telur adalah benda hidup yang
mengalami metabolisme dan mengeluarkan panas. Pada saat pengangkutan dan
penjualan di pasar, telur mengalami kenaikan suhu karena pengemasan, penumpukan
dan penjemuran. Karena itu, sebelum di masukkan ke dalam mesin tetas, telur
perlu diangin-anginkan terlebih dahulu sekitar satu jam agar tidak terjadi
perubahan suhu yang signifikan.
4.
Suhu
didalam mesin tetas terlalu tinggi atau terlalu rendah. Suhu di ruang inkubasi tidak
boleh lebih panas atau lebih dingin 2°C dari kisaran suhu standar. Suhu standar
untuk penetasan berkisar antara 36°C-39°C.
5.
Padamnya
sumber pemanas. Padamnya sumber pemanas dapat menurunkan suhu di ruang inkubasi. Jika suhu di mesin tetas mencapai 27°C selama 1-2 jam, maka embrio akan segera
mati.
6.
Telur
didalam mesin tetas tidak diputar. Telur yang tidak diputar atau dibalik
karena kemalasan, kelalaian atau matinya sumber listrik jelas akan mempengaruhi
posisi embrio. Telur yang dibalik atau diputarnya tidak beraturan dapat menyebabkan pelekatan
pada satu sisi. Akibatya, embrio tidak akan dapat tumbuh normal dan akhirnya
mati.
7.
Kandungan
CO2 yang terlalu tinggi. Aktifnya metabolisme embrio menyebabkan akumulasi CO2 di dalam ruang penetasan. Selain dapat menyebabkan kematian embrio, jumlah CO2 yang terlalu banyak dapat
menyebabkan DOC yang berhasil menetas menjadi lemas dan lemah. Ventilasi atau aliran udara yang
tidak baik menjadi faktor utama terjadinya penumpukan zat asam arang ini.
8.
Telur disimpan
pada suhu di atas 30°C. Telur yang berada pada ruangan bersuhu di atas
30°C, bagian putih telurnya akan segera encer sehingga tali pengikat kuning
telur mudah putus. Apalagi, jika telur akan diangkut melalui medan yang berat
(jalan berliku-liku, jalan belum aspal atau tidak mulus, ) atau mengalami
perlakuan kasar, maka tali pengikat tersebut rentan putus akibat guncangan atau
perlakuan kasar tersebut.
9.
Telur
berumur lebih dari 5 hari. Putih telur mudah encer jika setelah berumur 5
hari telur belum juga dimasukkan ke dalam mesin tetas.
Embrio Yang Mati |
Nah… demikian informasi yang saya dapatkan tentang
penyebab kematian embrio dalam mesin tetas. Ternyata saya melakukan banyak
kesalahan. Saya belum menyerah untuk mencoba berhasil menetaskan telus dengan
mesin tetas. Dari pengalaman ini saya akan memperbaiki kesalahan-kesalahan
tersebut, tunggu cerita saya berikutnya.
Buat teman-teman yang senasib dengan saya, jangan putus asa, Semangat...!!! Selamat Mencoba...^_^...
pakde sudah sukses netesin telur pa belum ?
BalasHapusterimakasih sudah berbagi ilmunya
BalasHapus