Penyebab Kematian Embrio Pada Masa Penetasan Dengan Menggunakan Mesin Tetas


Pernah berniat membuka usaha ternak bebek petelur  buat ayah yang sebentar lagi pensiun. Saya mengawalinya dengan membuat mesin penetas untuk kapasitas 70 butir.
Namun dewi Fortuna pada saat itu belum memihak, dari 70 butir telur yang sy tetaskan hanya 13 yang berhasil, itupun dalam keadaan lemah dan perlahan-lahan mati juga…:’(

Penyebab Kematian Embrio Pada Mesin Tetas
Beranjak dari pengalaman pahit itu, saya mencari kesalahan-kesalahan penyebab kegagalan atau kematian embrio  bebek. Kemudain saya menemukan situs  Pesona Unggas yang memberikan iformasi tentang peternakan aneka unggas.  Disitu saya membaca artikel tentang penyebab kematian embrio. Saya merasa info ini perlu untuk saya sharing ke teman-teman, siapa tau ada yang senasib dengan saya hehe….

Berikut penyebab kematian embrio dalam telur pada masa penetasan dengan menggunakan mesin tetas:
1.       Induk terserang penyakit. Memiliki indukan sendiri memang lebih baik dari pada membeli telur ditempat lain yang tidak diketahui kualitas induknya. Namun buat pemula yang tidak mempunyai indukan seperti saya, ya… apa boleh buat, membeli telur dari indukan orang lain menjadi satu-satunya pilihan.  Untuk mengindari penularan atau penurunan penyakit bawaan dari induk maka anda bisa melakukan pengendalian hama pada ruang inkubasi.
2.       Formulasi pakan induk yang kurang benar.
3.       Sebelum diinkubasi telur tidak diangin-anginkan. Telur adalah benda hidup yang mengalami metabolisme dan mengeluarkan panas. Pada saat pengangkutan dan penjualan di pasar, telur mengalami kenaikan suhu karena pengemasan, penumpukan dan penjemuran. Karena itu, sebelum di masukkan ke dalam mesin tetas, telur perlu diangin-anginkan terlebih dahulu sekitar satu jam agar tidak terjadi perubahan suhu yang signifikan.
4.       Suhu didalam mesin tetas terlalu tinggi atau terlalu rendah. Suhu di ruang inkubasi tidak boleh lebih panas atau lebih dingin 2°C dari kisaran suhu standar. Suhu standar untuk penetasan berkisar antara 36°C-39°C.
5.       Padamnya sumber pemanas. Padamnya sumber pemanas dapat menurunkan suhu di ruang inkubasi. Jika suhu di mesin tetas mencapai 27°C selama 1-2 jam, maka embrio akan segera mati.
6.       Telur didalam mesin tetas tidak diputar. Telur yang tidak diputar atau dibalik karena kemalasan, kelalaian atau matinya sumber listrik jelas akan mempengaruhi posisi embrio. Telur yang dibalik atau diputarnya tidak beraturan dapat menyebabkan pelekatan pada satu sisi. Akibatya, embrio tidak akan dapat tumbuh normal dan akhirnya mati.
7.       Kandungan CO2 yang terlalu tinggi. Aktifnya metabolisme embrio menyebabkan akumulasi CO2 di dalam ruang penetasan. Selain dapat menyebabkan kematian embrio, jumlah CO2 yang terlalu banyak dapat menyebabkan DOC yang berhasil menetas menjadi lemas dan lemah. Ventilasi atau aliran udara yang tidak baik menjadi faktor utama terjadinya penumpukan zat asam arang ini.
8.       Telur disimpan pada suhu di atas 30°C. Telur yang berada pada ruangan bersuhu di atas 30°C, bagian putih telurnya akan segera encer sehingga tali pengikat kuning telur mudah putus. Apalagi, jika telur akan diangkut melalui medan yang berat (jalan berliku-liku, jalan belum aspal atau tidak mulus, ) atau mengalami perlakuan kasar, maka tali pengikat tersebut rentan putus akibat guncangan atau perlakuan kasar tersebut.
9.       Telur berumur lebih dari 5 hari. Putih telur mudah encer jika setelah berumur 5 hari telur belum juga dimasukkan ke dalam mesin tetas.

Embrio Yang Mati
Nah… demikian informasi yang saya dapatkan tentang penyebab kematian embrio dalam mesin tetas. Ternyata saya melakukan banyak kesalahan. Saya belum menyerah untuk mencoba berhasil menetaskan telus dengan mesin tetas. Dari pengalaman ini saya akan memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut, tunggu cerita saya berikutnya.

Buat teman-teman yang senasib dengan saya, jangan putus asa, Semangat...!!! Selamat Mencoba...^_^...

2 komentar: